BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibu
hamil merupakan salah satu kelompok
rawan kekurangan gizi karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandung. Pola makan yang salah pada ibu
hamil membawa dampak terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain anemia,
pertambahan berat badan yang kurang pada ibu hamil dan gangguan pertumbuhan
janin. Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi, yang
merupakan masalah gizi mikro terbesar
dan tersulit diatasi di seluruh dunia. World Health Organization
(WHO)(2005) melaporkan bahwa terdapat 52 % ibu hamil mengalami anemia di negara
berkembang. Di Indonesia (Susenas dan Survei
Depkes- Unicef )dailaporkan bahwa sekitar 4 juta ibu hamil, separuhnya
mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya mengalami kekurangan energi kronis
(Fatimah,2011). Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai
mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas,
BBLR dan angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan,
seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah,
sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun
(anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia parah) dan keluhan
mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda. Dari uraian permasalahan diatas
maka penulis tertarik untuk membahas Asuhan keperawatan keluarga pada ibu hamil
dengan Anemia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakh
konsep Keluarga itu ?
2. Apakah
konsep Ibu Hamil itu ?
3. Bagaimakah
konsep Anemia pada Ibu Hamil
4. Bagaimanakah
contoh Kasus dan Asuhan Keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan anemia
C. Tujuan
1. Tujuan
Umum
Untuk mengetahui konsep medis Ibu hamil
dengan anemia dan asuhan keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan anemia
2. Tujuan
Khusus
a. Untuk
mengetahui konsep Keluarga
b. Untuk
mengetahui konsep Ibu Hamil
c. Untuk
mengetahui konsep Anemia pada Ibu Hamil
d. Untuk
mengetahui contoh Kasus dan Asuhan Keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan
anemia
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Konsep
Keluarga
1. Pengertian
Keluarga
Menurut Hariyanto, 2005 keluarga menunjuk kepada dua orang atau lebih
yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga .
2.
Ciri- ciri keluarga
a.
Diikat tali perkawinan
b.
ada hubungan darah
c.
ada ikatan batin
d.
tanggung jawab masing–masing
e.
ada pengambil keputusan
f.
kerjasama diantara anggota keluarga
g.
interaksi, dan
tinggal dalam suatu rumah
3.
Tipe/Bentuk Keluarga
Dalam masyarakat ditemukan
tipe/bentuk keluarga:
a.
Keluarga Inti (Nuclear Family): keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b.
Keluarga Besar (Extended Family): keluarga inti
ditambah sanak saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,
bibi, dsb.
c.
Keluarga Berantai (Serial Family): keluarga
yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan satu keluarga inti.
d.
Keluarga Duda/Janda (Single Family): keluarga
yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e.
Keluarga Berkomposisi (Composite): keluarga
yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
f.
Keluarga Kabitas (Cahabitation): dua orang
menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
4.
Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal yang berhubungan dengan posisi dan situasi tertentu.
5.
Fungsi Keluarga
Fungsi dari keluarga adalah memenuhi
kebutuhan anggota individu keluarga dan masyarakat yang lebih luas, fungsi
keluarga adalah:
a. Fungsi Afektif
Merupakan suatu basis sentral bagi
pembentukan dan kelangsungan keluarga. Kebahagiaan keluarga diukur dengan
kekuatan cinta keluarga. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak
kegembiraan dan kebahagiaan seluruh anggota keluarga, tiap anggota keluarga
mempertahankan hubungan yang baik.
b.
Fungsi
Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses
perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi
sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
c.
Fungsi
reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan
kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d.
Fungsi
Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk
memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti makanan, pakaian dan tempat
tinggal.
e.
Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk
melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu mencegah terjadi gangguan kesehatan
dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
6.
Tahap Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga adalah proses
perubahan dari sistem keluarga yang terjadi dari waktu ke waktu meliputi
perubahn interaksi dan hubungan di antara keluarga dari waktu ke waktu. Menurut
Duvall (1977) siklus kehidupan keluarga terdiri dari 8 tahapan yang
mempunyai tugas dan resiko tertentu pada setiap tahapan perkembangannya. Adapun
8 tahapan perkembangan tersebut adalah:
a.
Tahap 1 keluarga
pemula: dimulai saat individu membentuk keluarga melalui perkawinan.
Tugas perkembangan:
1)
Membina hubungan intim yang memuaskan kehidupan baru.
2)
Membina hubungan dengan teman lain, keluarga lain.
3)
Membina keluarga berencana.
Masalah kesehatan: Masalah seksual, peran perkawinan dan kehamilan
yang kurang direncanakan.
b. Tahap 2 keluarga dengan kelahiran anak pertama: dimulai sejak anak pertama lahir
sampai berusia 30 bulan.
Tugas
perkembangan:
1)
Perubahan peran menjadi orang tua.
2)
Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga.
3)
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangannya.
Masalah kesehatan: pendidikan meternitas, perawatan bayi yang baik, pengenalan dan
penanganan masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, tumbuh kembang dan
lain-lain.
c. Tahap 3 keluarga dengan anak pra sekolah: dimulai anak pertama berusia 2,5 tahun
sampai dengan 5 tahun.
Tugas
perkambangan:
1)
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
2)
Membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan
lingkungan.
3)
Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara
kebutuhan anak yang lain juga harus dipenuhi.
4)
Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam
maupun di luar keluarga.
5)
Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan
anak-anak.
6)
Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7)
Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang
anak.
Masalah kesehatan: masalah kesehatan fisik:
penyakit menular pada anak., masalah kesehatan psikososial: hubungan
perkawinan, perceraian., persaingan antara kakak adik, dan pengasuhan
anak.
d. Tahap 4 keluarga dengan anak usia sekolah: dimulia saat anak pertama berusia 6
tahun samapi 13 tahun.
Tugas
perkembangan:
1) Membantu
sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
2) Mempertahankan
hubungan perkawinan bahagia.
3) Memenuhi
kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat.
4) Meningkatkan
komunikasi terbuka.
e. Tahap 5 keluarga dengan anak remaja: dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun
sampai 19-20 tahun.
Tugas
perkembangan :
1) Memberikan
kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, meningkatkan otonominya.
2) Mempererat
hubungan yang intim dalam keluarga.
3) Mempertahankan
komunikasi terbuka antara anak dn orang tua.
4) Perubahan
sistem peran dan peraturan tumbuh kembang keluarga.
Masalah kesehatan: penyalahgunaan obat-obatan dan
penyakit jantung.
f. Tahap 6 keluarga dengan anak dewasa: dimulai saat anak pertama meninggalkan rumah
sampai anak terakhir, lamanya tergantung dengan jumlah anak atau banyaknya anak
belum menikah dan tinggal dalam rumah.
Tugas perkembangan:
Tugas perkembangan:
1) Memperluas
keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan
keintiman pasangan.
3) Membantu
orang tua yang sedang sakit dan memasuki masa tua
4) Membantu
anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan
kembali peran dan kegiatan rumah tangga
Masalah kesehatan: masa komunikasi dewasa muda
dengan orang tua tidak lancar, transisi peran suami istri, memberi perawatan pada kondisi kesehatan
kronis, masalah menopause, efek dari obat-obatan, merokok, diet dan
lain-lain.
g. Tahap 7 keluarga dengan usia pertengahan: dimulai saat anak terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiunan atau salah satu pasangan meninggal.
Tugas
perkembangan:
1)
Mempertahankan kesehatan.
2) Mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak.
3) Meningkatkan
keakraban pasangan.
Masalah
kesehatan: promosi kesehatan, masalah hubungan dengan perkawinan, komunikasi dan hubungan dengan anak cucu dan
lain-lain, masalah hubungan dengan
perawatan.
h. Tahap 8
keluarga dengan usia lanjut: dimulai salah satu meninggal atau pension sampai
dengan dua-duanya meninggal.
7. Peran
perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah:
a. Pendidik. Perawat memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga agar keluarga dapat melakukan program Asuhan
Keperawatan Keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah
kesehatan.
b. KoordinatorKoordinasi
diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin
agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
c. Pelaksana. Perawat
yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik, maupun di rumah
sakit bertanggung jawab memberikan perawatan langsung.
d. Pengawas Kesehatan. Perawat
harus melakukan kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi tentang
kesehatan keluarga.
e. Konsultan. Perawat
sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan.
f. Kolaborasi. Perawat
harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan lain
untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
g. Fasilitator. Peran
disini adalah membantu keluarga di dalm menghadapi kendala untuk meningkatkan
derajat kesehatannya.
h. Modifikasi Lingkungan. Perawat
dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun lingkungan
masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.
B. Konsep
Ibu Hamil
1. Pengertian
Ibu Hamil adalah suatu kondisi
dimana seorang perempuan mengalami kehamilan. Kehamilan adalah: suatu kondisi
yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan
sel mani (spermatozoa).
Kehamilan terbagi atas : trimister I
( 1- 14 minggu), trimister II ( 14- 28 minggu), trimister III ( 28- 42
minggu)
2.
Perkembangan / perubahan fisik selama kehamilan
a.
Perubahan pada kulit
Terjadi hiperpigmentasi yaitu
kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada wajah, pipi, dan hidung mengalami
hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng (topeng kehamilan atau kloasma
gravidarum). Pada areola mamae dan Puting susu, daerah yang berwarna hitam di
sekitar puting susu akan menghitam. Sekitar areola yang biasanya tidak berwarna
akan berwarna hitam. Hal ini disebut areola mamae sekunder. Puting susu
menghitam dan membesar sehingga lebih menonjol. Pada areola suprapubis,
terdapat garis hitam yang memanjang dari atas simfisis sampai pusat. Warnanya
lebih hitam dibandingkan sebelumnya, muncul garis baru yang memanjang ditengah
atas pusat (linea nigra). Pada perut, selain hiperpigmentasi terjadi stria
gravidarum yang merupakan garis pada kulit. Terdapat 2 jenis stria gravidarum
yaitu stria livida (garis berwarna biru) dan stria albikan (garis berwarna
putih). Hal ini terjadi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus
hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
b.
Perubahan Kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga
leher ibu berbentuk seperti leher pria. Perubahan ini tidak
selalu terjadi pada wanita hamil.
c.
Perubahan Payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada
wanita hamil karena dengan semakin dekatnya persalinan, payudara menyiapkan
diri untuk memproduksi makanan pokok untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang
terlihat pada payudara adalah sebagai berikut :
1)
Payudara membesar, tegang dan sakit
2)
Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat
jelas.
3)
Hiperpigmentasi mamae dan puting susu serta muncul
areola mamae
4)
Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola
mamae membesar dan
kelihatan dari luar. Kelenjar
Montgomery mengeluarkan lebih banyak cairan agar puting susu selalu lembab dan
lemas sehingga tidak menjadi tempat berkembang biak bakteri
5)
Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat.
Mulai kehamilan 16 minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16
minggu sampai 32 minggu, warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat
encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang dikeluarkan
lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini disebut
kolostrum.
d.
Perubahan Perut
Semakin mendekati masa persalinan,
perut semakin besar. Biasanya hingga kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum
kelihatan. Setelah kehamilan 5 bulan, perut mulai kelihatan membesar. Saat
hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat menonjol ke luar. Timbul stria
gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea alba serta linea nigra.
e.
Perubahan alat kelamin luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam
kebiruan karena adanya kongesti pada peredaran darah. Kongesti terjadi karena
pembuluh darah membesar, darah yang menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan
kebutuhan uterus untuk membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran mukosa
vagina yang mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan tersebut disebut tanda
Chadwick.
f.
Perubahan pada Tungkai
Timbul varises pada sebelah atau
kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering terjadi edema pada salah satu
tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang membesar pada vena femoralis
sebelah kanan atau kiri.
g.
Perubahan pada sikap tubuh
Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis
karena perut yang membesar.
h.
Perkembangan / perubahan Psikologis
Menurut teori Rubin, perubahan
psikologis yang terjadi pada:
1)
Trimester I meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan
khawatir.
2)
Trimester II meliputi: perasaan lebih nyaman serta
kebutuhan mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat. Kadang
tampak egosentris dan berpusat pada diri sendiri.
3)
Trimester III meliputi: memiliki perasaan aneh,
sembrono, lebih introvert, dan merefleksikan pengalaman masa lalu.
3.
Masalah yang sering terjadi
a.
Respon terhadap perubahan citra tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan
menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang cepat dan nyata. Selama trimester I
bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi pada trimester II pembesaran abdomen yang
nyata, penebalan pinggang dan pembesaran payudara memastikan status kehamilan.
Wanita merasa seluruh tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih
luas. Perasaan ini semakin kuat seiring bertambahnya usia kehamilan. Secara
bertahap terjadi kehilangan batasan – batasan fisik secara pasti, yang
berfungsi memisahkan diri sendiri dari orang lain dan memberi rasa aman.
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai – nilai yang diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini sering berubah seiring kemajuan kehamilan. Sikap positif terhadap tubuh biasanya terlihat selama trimester I. Namun, seiring kemajuan kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih negatif. Pada kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh mereka dalam keadaan hamil bersifat sementara dan tidak menyebabkan perubahan persepsi yang permanen tentang diri mereka.
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai – nilai yang diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini sering berubah seiring kemajuan kehamilan. Sikap positif terhadap tubuh biasanya terlihat selama trimester I. Namun, seiring kemajuan kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih negatif. Pada kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh mereka dalam keadaan hamil bersifat sementara dan tidak menyebabkan perubahan persepsi yang permanen tentang diri mereka.
b.
Ambivalensi selama kehamilan
Ambivalensi didefinisikan sebagai
konflik perasaan yang simultan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang,
sesuatu, atau suatu keadaan. Ambivalensi adalah respon normal yang dialami
individu yang mempersiapkan diri untuk suatu peran baru. Kebanyakan wanita
memiliki sedikit perasaan ambivalen selama hamil. Bahkan wanita yang bahagia
dengan kehamilannya, dari waktu ke waktu dapat memiliki sikap bermusuhan
terhadap kehamilan atau janin. Pernyataan pasangan tentang kecantikan seorang
wanita yang tidak hamil atau peristiwa promosi seorang kolega ketika keputusan
untuk memiliki seorang anak berarti melepaskan pekerjaan dapat meningkatkan
rasa ambivalen. Sensasi tubuh, perasaan bergantung, dan kenyataan tanggung
jawab dalam merawat anak dapat memicu perasaan tersebut.
Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III dapat mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum diatasi (Lederman, 1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan akan perasaan ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat, seorang wanita kemungkinan akan mengingat kembali saat – saat ia tidak menginginkan anak tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang memadai, ia dapat menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah menyebabkan anaknya cacat.
Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III dapat mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum diatasi (Lederman, 1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan akan perasaan ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat, seorang wanita kemungkinan akan mengingat kembali saat – saat ia tidak menginginkan anak tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang memadai, ia dapat menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah menyebabkan anaknya cacat.
c.
Hubungan seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil
bersifat individual. Beberapa pasangan menyatakan puas dengan hubungan seksual
mereka, sedangkan yang lain mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbeda – beda
ini dipengaruhi oleh faktor – faktor fisik, emosi, dan interaksi, termasuk
takhayul tentang seks selama masa hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan
fisik pada wanita. Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra
tubuh, dan rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk
menyatakan seksualitas mereka. Selama trimester I seringkali keinginan seksual
wanita menurun, terutama jika ia merasa mual, letih, dan mengantuk. Saat memasuki
trimester II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan kongesti pelvis yang
meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya untuk melampiaskan
seksualitasnya. Pada trimester III peningkatan keluhan somatik (tubuh) dan
ukuran tubuh dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks
menurun (Rynerson, Lowdermilk, 1993).
Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas
hubungan seksual mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap
yang lain dan keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan seksual
mereka. Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting. Pasangan yang
tidak memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan cepat selama
masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku pasangannya. Dengan
membicarakan perubahan – perubahan yang mereka alami, pasangan dapat
mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan dukungan yang diperlukan. Perawat
dapat memperlancar komunikasi antar pasangan dengan berbicara kepada pasangan
tentang perubahan perasaan dan perilaku yang mungkin dialami wanita selama masa
hamil (Rynerson, Lowdermilk, 1993).
d.
Kekhawatiran tentang janin
Kekhawatiran orang tua terhadap
kesehatan anak berbeda – beda selama masa hamil (Gaffney, 1988). Kekhawatiran pertama
timbul pada trimester I dan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya keguguran.
Banyak wanita yang sengaja tidak mau memberitahukan kehamilannya kepada orang
lain sampai periode ini berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang
terlihat dengan adanya gerakan dan denyut jantung, Kecemasan orang tua yang
terutama ialah kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan
membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusaha untuk memperoleh
kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna. Pada tahap lanjut kehamilan,
rasa takut bahwa anaknya dapat meninggal semakin melemah.
4.
Tugas Perkembangan
a.
Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi
terhadap peran ibu ialah menerima ide kehamilan dan mengasimilasi status hamil
ke dalam gaya hidup wanita tersebut (Lederman, 1984). Tingkat penerimaan
dicerminkan dalam kesiapan wanita dan respons emosionalnya dalam menerima
kehamilan.
b.
Kesiapan menyambuut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana
mengandung makna bahwa kehamilan bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen
tanggung jawab bersama pasangan. Namun, merencanakan suatu kehamilan tidak
selalu berarti menerima kehamilan (Entwistle, Doering, 1981).Wanita lain
memandang kehamilan sebagai suatu hasil alami hubungan perkawinan, baik
diinginkan maupun tidak diinginkan, bergantung pada keadaan.
Wanita yang siap menerima suatu
kehamilan akan dipicu gejala - gejala awal untuk mencari validasi medis tentang
kehamilannya. Beberapa wanita yang memiliki perasaan kuat, seperti “tidak
sekarang,” bukan saya,” dan “ tidak yakin,” mungkin menunda mencari pengawasan
dan perawatan (Rubin, 1970). Namun , beberapa wanita menunda validasi medis
karena akses keperawatan terbatas, merasa malu, atau alasan budaya. Untuk orang
lain, kehamilan dipandang sebagai suatu peristiwa alami, sehingga tidak perlu
mencari validasi medis dini.
Setelah kehamilan dipastikan respon
emosi wanita dapat bervariasi, dari perasaan sangat gembira sampai syok, tidak
yakin, dan putus asa. Reaksi yang diperlihatkan banyak wanita ialah respon” suatu
hari nanti, tetapi tidak sekarang.” Wanita lain dengan sederhana menerima
kehamilan sebagai kehendak alam. Banyak wanita mula- mula terkejut ketika
mendapatkan diri mereka hamil. Namun, seiring meningkatnya penerimaan terhadap
kehadiran seorang anak, akhirnya mereka menerima kehamilan. Tidak menerima
kehamilan tidak dapat disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita mungkin
tidak menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak itu dilahirkan.
c.
Respon Emosional
Wanita yang bahagia dan senang
dengan kehamilannya sering memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis
dan merupakan bagian dari rencana hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang
tinggi dan cenderung percaya diri akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk
bayinya, dan untuk anggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum keadaan
mereka baik, namun kelabilan emosional yang terlihat pada perubahan mood yang
cepat untuk dijumpai pada wanita hamil.
Perubahan mood yang cepat dan
peningkatan sensitifitas terhadap orang lain ini membingungkan calon ibu dan
orang- orang di sekelilingnya. Peningkatan iritabilitas, uraian air mata dan
kemarahan serta perasaan suka cita, serta kegembiraan yang luar biasa muncul
silih berganti hanya karena suatu provokasi kecil atau tanpa provokasi sama
sekali.
Perubahan hormonal yang merupakan
bagian dari respon ibu terhadap kehamilan, dapat menjadi penyebab perubahan
mood, hampir sama seperti saat akan menstruasi atau selama menopause. Alasan
lain, seperti masalah seksual atau rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan,
juga dijadikan penjelasan timbulnya perilaku yang tidak menentu ini. Seiring
kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka tentang terhadap diri sendiri
dan orang lain. Ia bersedia membicarakan hal- hal yang tidak pernah dibahas
atau yang dibahas hanya dalam keluarga dan tampak yakin bahwa pikiran-
pikirannya dan gejala - gejala yang dialaminya akan menarik untuk si pendengar
yang dianggapnya protektif. Keterbukaan ini, disertai kesiapan untuk belajar,
meningkatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan wanita hamil dan meningkatkan
kemungkinan diselenggarakannya perawatan yang efektif dan terapeutik untuk
mendukung kehamilan.
Apabila anak tersebut diingingkan,
rasa tidak nyaman yang timbul akibat kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu
iritasi dan upaya dilakukan untuk meredakan rasa nyaman tersebut biasanya
membawa keberhasilan. Rasa senang yang timbul karena memikirkan anak yang akan
lahir dan perasaan dekat dengan anak membantu menyesuaikan diri terhadap rasa
tidak nyaman ini. Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan
ketidak nyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu
dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih lanjut tentang toleransi dan kemampuan
koping perlu dilakukan (Lederman, 1984).
d.
Mengenal peran ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu
dimulai pada awal setiap kehidupan seorang wanita, yakni melalui memori -
memori ketika ia, sebagai seorang anak, diasuh oleh ibunya. Persepsi kelompok
sosialnya mengenai peran feminim juga membuatnya condong memilih peran sebagai
ibu atau wanita karir, menikah atau tidak menikah, dan mandiri dari pada
interdependen. Peran - peran batu loncatan, seperti bermain dengan boneka,
menjaga bayi, dan merawat adik - adik, dapat meningkatkan pemahaman tentang
arti menjadi seorang ibu.
Banyak wanita selalu menginginkan
seorang bayi, menyukai anak - anak, dan menanti untuk menjadi seorang ibu.
Mereka sangat dimotivasi untuk menjadi orang tua. Hal ini mempengaruhi
penerimaan mereka terhadap kehamilan dan akhirnya terhadap adaptasi prenatal
dan adaptasi menjadi orang tua (Grossman, Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman,
1984). Wanita yang lain tidak mempertimbangkan dengan terinci arti menjadi
seorang ibu bagi diri mereka sendiri. Konflik selama masa hamil, seperti tidak
menginginkan kehamilan dan keputusan - keputusan yang berkaitan denga karir dan
anak harus diselesaikan.
e.
Hubungan Ibu dan Anak
Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode
prenatal, yakni ketika wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi
ibu (Rubin, 1975; Gaffney, 1988a). Mereka mulai berpikir seakan - akan dirinya
adalah seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka
miliki. Orang tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi orang
tua yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan anaknya. Mereka mencoba untuk
mengantisipasi perubahan - perubahan yang mungkin terjadi pada kehidupannya
akibat kehadiran sang anak dan membayangkan apakah mereka bisa tahan terhadap
kebisingan, kekacauan, kurangnya kebebasan, dan bentuk perawatan yang harus
mereka berikan. Mereka mempertanyakan kemampuan mereka untuk membagi kasih
mereka kepada anak yang belum dilahirkan ini. Rubin (1967) menemukan bahwa
wanita “ menerapkan “dan menguji perannya sebagai ibu dengan mengambil contoh
ibunya sendiri atau wanita lain pengganti ibu yang memberi pelayanan, dukungan,
atau berperan sebagai sumber informasi dan pengalaman.
Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu proses perkembangan(Rubin, 1975).
Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu proses perkembangan(Rubin, 1975).
Persiapan melahirkan, banyak wanita khususnya
nulipara, secara aktif mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan. Mereka
membaca buku, menghadiri kelas untuk orang tua, dan berkomunikasi dengan wanita
lain (ibu, saudara perempuan, teman, orang yang tidak dikenal).Mereka akan mencari
orang terbaik untuk memberi nasihat, arahan, dan perawatan (Patterson, Freese,
Goldenberg, 1990). Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses
kelahiran yang aman untuk dirinya dan anaknya (Rubin, 1975).
f.
Hubungan dengan pasangan
Orang yang paling penting bagi
seorang wanita hamil biasanya ialah ayah dari sang anak (Richardson,1983),
karena semakin banyak bukti menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan
dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit
gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih mudah
melakukan penyesuaian selama masa nifas (Grossman,Eichler,Winckoff,1980;
May,1982). Ada 2 kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama ia hamil
(Richardson,1983).
Kebutuhan pertama ialah menerima tanda – tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam kelurga. Rubin (1975) menyatakan bahwa wanita hamil harus “memastikan tersedianya akomodasi sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga untuk anggota baru tersebut.Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke waktu. Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk selama – lamanya. Lederman (1984) melaporkan bahwa hubungan istri dan suami bertambah dekat selama masa hamil. Dalam studinya, ia mengatakan bahwa kehamilan berdampak mematangkan hubungan suami – istri akibat peran dan aspek – aspek baru yang ditemukan dalam diri masing – masing pasangan.
Kebutuhan pertama ialah menerima tanda – tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam kelurga. Rubin (1975) menyatakan bahwa wanita hamil harus “memastikan tersedianya akomodasi sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga untuk anggota baru tersebut.Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke waktu. Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk selama – lamanya. Lederman (1984) melaporkan bahwa hubungan istri dan suami bertambah dekat selama masa hamil. Dalam studinya, ia mengatakan bahwa kehamilan berdampak mematangkan hubungan suami – istri akibat peran dan aspek – aspek baru yang ditemukan dalam diri masing – masing pasangan.
g.
Kesiapan melahirkan
Menjelang akhir trimester III,
wanita akan mengalami kesulitan napas dan gerakan janin menjadi cukup kuat
sehingga mengganggu tidur ibu.
Nyeri pinggang, sering berkemih, keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan timbulnya varies dapat sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung mengganggu kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga rutin, dan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istirahat.
Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani persalinan, apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campuran keduanya. Keinginan yang kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan untuk segera menyelesaikannya membuat wanita siap masuk ke tahap persalinan.
Nyeri pinggang, sering berkemih, keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan timbulnya varies dapat sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung mengganggu kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga rutin, dan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istirahat.
Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani persalinan, apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campuran keduanya. Keinginan yang kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan untuk segera menyelesaikannya membuat wanita siap masuk ke tahap persalinan.
C. Konsep
Anemia
1. Pengertian
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002).
Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester
II (Saifuddin, 2002).
2. Klasifikasi
a. Anemia
Defisiensi Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
b. Anemia
Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.
c. Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh
hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik
diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap,
pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
d. Anemia
Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan
penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya.
Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan,
kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ
vital.
3. Etiologi
Anemia dalam kehamilan
yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah,
bahkan murah. Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia
atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan
dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan
tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan
mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro,
2002).
Secara fisiologis,
pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin
berat dengan adanya kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan
oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling
berinteraksi (Safuddin, 2002). Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia karena
kurang zar besi dalam tubuh disebabkan karena:
a. Kurangnya
konsumsi makanan yang kaya akan besi, terutama yang berasal dari sumber hewani.
b. Kebutuhan
yang meningkat karena kehamilan.
c. Kehilangan
besi yang berlebihan karena perdarahan.
d. Ketidakseimbangan
antara kebutuhan tubuh akan besi dibandingkan dengan penyerapan dari makanan
4.
Manifestasi klinis
a. Mata
berkunang-kunang.
b. Lemah.
c. Badan lesu.
d. Cepat lelah.
e. Wajah / muka
pucat.
f. Lidah,
bibir, kuku pucat sekali.
g. Gampang mengantuk.
5. Patofisiologi
Perubahan
hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi
yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma
meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi
pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang
aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan
volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldesteron.
6.
Pemeriksaan
Untuk menegakan
diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa
didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan
keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat
dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan
yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan
sebagai berikut:
a.
Hb 11gr% :
Tidak anemia
b.
Hb 9-10 gr% :
Anemia Ringan
c.
Hb 7-8 gr% :
Anemia sedang
d.
Hb < 7% :
Anemia berat
7.
Komplikasi
a. Keguguran.
b. Lahir
sebelum waktunya.
c.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
d.
Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan.
e.
Dapat menimbulkan kematian.
8. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
dan penanggulangan anemia antara lain :
1) Meningkatkan
konsumsi makanan yang mengandung zat hewani seperti hati, ikan, daging, dan
sumber nabati seperti: sayuran hijau, tempe, tahu dan buah-buahan yang
berwarna.
2) Hindarkan
pantangan terhadap makanan yang keliru yang dapat merugikan kesehatan ibu
seperti ikan, telur, buah-buahan tertentu.
3) Bila nafsu
makan ibu berkurang, makanlah makanan yang segar seperti buah, sayur bening,
sayur segar lainnya.
4) Selama hamil
makanlah beraneka ragam setiap hari dalam jumlah cukup dan makanan yang aman
bagi kesehatan.
5) Ibu hamil
harus makan dan minum lebih banyak daripada saat tidak hamil.
6) Selama hamil
sebaiknya tidak melakukan pekerjaan yang berat.
b. Pemberian
tablet Fe.
1) Ketentuan
pemberian tablet Fe untuk ibu hamil yaitu:
i.
Sehari 1 tablet selama minimal 90 tablet.
ii.
Dimulai pada waktu pertama kali pemeriksaan hamil.
iii.
Diberikan tanpa pemeriksaan Hb.
iv.
Bila bumil telah melahirkan tapi Fe yang dimakan belum
mencukupi 90 tablet, maka harus diteruskan sampai selesai.
2) Efek
samping:
Menimbulkan gejala antara lain: mual
– muntah, kadang diare / sulit BAB.
Tinja akan berwarna kehitaman (tapi
tidak berbahaya).
3) Cara makan
obat:
Minum tablet tambah darah setelah
makan malam / menghindari gejala efek samping.
Dianjurkan untuk tidak minum bersama
dengan susu, teh, kopi dan tablet kalk.
c. Memodifikasi
lingkungan untuk perbaikan gizi.
d. Mendapat
perhatian dari keluarga.
D.
Contoh Kasus dan Asuhan Keperawatan
Keluarga pada Ibu Hamil dengan Anemia
1. Kasus
Tn.A menikah dengan Ny.S pada tahun
2010 lalu dan saat ini Ny.S sedang mengandung anak pertama. Kehamilan Ny. S
sekarang mulai masuk trimester II. Ny.S mengatakan selama kehamilan sering
merasakan pusing dan memang Ny.S tampak kelihatan pucat. Menurut
pengakuan Ny.S baru 1x memeriksakan kehamilannya di puskesmas, dan menurut
hasil pemeriksaan Ny.S menderita anemia. Ny.S Mengatakan jarang makan
makanan yang bergizi yang berguna untuk perkembangan janinnya.Ny S juga
mengeluhkan perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya, seperti berat
badannya yang mulai meningkat dan sering merasa lelah.
Ny.S mengatakan susah tidur karena
kondisi kamar yang sempit dan pengap, di tambah lagi kebisingan di sekitar
lingkungan rumah.
Hasil Pemeriksaan :
TTV: TD
= 100/80 mmHg
Nadi = 70 x/menit
R = 24 x/menit
S = 36, 5 ºC
Analisis Data
NO
|
DATA
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
1.
2.
|
DS
:
• Ny.S mengatakan sering pusing • Ny.S mengatakan jarang mengkonsumsi makanan bergizi seperti sayur-sayuran. • Ny.S mengatakan pernah di beri obat penambah darah oleh bidan saat kunjungannya di puskesmas namun sekarang obat tersebut telah habis DO : • Konjungtiva anemis • TTV : TD : 100/ 80 N : 70x/ menit R : 24x/ menit S : 36,5 ° C.
DS:
• Ny.S mengatakan jarang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan sudah tidak minum vitamin yang berguna untuk perkembangan janinnya. • Ny.S mengatakan harusnya dia sudah memeriksakan kembali kandungannya namun sampai saat ini dia belum juga ke puskesmas setelah kunjungan pertamanya. Do : • Hasil pemeriksaan Lab menunjukan HB turun |
Anemia
Resiko
gangguan perkembangan janin
|
Kehamilan
Perubahan
hematologi
Sirkulasi meningkat
Volume plasma meningkat
Peeningkatan
sekresi aldosteron
Kebutuhan zat besi meningkat
Suplay zat besi berkurang
Anemia
Ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah kebutuhan untuk BUMIL
Kehamilan
Perubahan
hematologi
Sirkulasi meningkat
Volume plasma meningkat
Peeningkatan
sekresi aldosteron
Kebutuhan zat besi meningkat
Suplay zat besi berkurang
Anemia
Pasokan
oksigen ke janin rendah
Resiko
ganggguan perkembangan janin
ketidakmampuan
keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat.
|
PERUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
1.
|
Anemia
Ny.S pada keluarga Tn.A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah kebutuhan untuk BUMIL
|
2.
|
Resiko
gangguan perkembangan janin Ny.S pada Tn.A berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat.
|
PENILAIAN (SKORING)
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No Dx kep
|
Kriteria
|
Skor
|
Bobot
|
Nilai Total
|
Pembenaran
|
|
Sifat masalah :
Skala : Tidak/ kurang sehat
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera
|
3
2
1
|
1
|
3/3x1=1
|
Terlihat
Ny.S dalam kondisi lemas dan tampak pucat.
|
Kemungkinan masalah dapat diubah :
Skala : Mudah
Sebagian
Tidak dapat
|
2
1
0
|
2
|
2/2x2=2
|
Untuk
pemenuhan nutrisi BUMIL tidak selalu membutuhkan biaya mahal.
|
|
Potensial masalah untuk dicegah :
Skala : Tinggi
Cukup
Rendah
|
3
2
1
|
1
|
2/3x1=2/3
|
BUMIL
bisa mendapatkan makanan yang mengandung zat besi dengan mengkonsumsi sayur –
sayuran hijau.
|
|
Menonjolnya masalah :
Skala :
Masalah berat, harus segera ditangani
Ada masalah, tetapi tidak perlu
ditangani
Masalah tidak dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
1/2x1=1/2
|
Keluarga
merasakan ada masalah tetapi tidak membutuhkan penanganan segera
|
|
|
TOTAL SKOR
|
|
|
4 1/6
|
|
PENILAIAN (SKORING)
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No Dx.
kep
|
Kriteria
|
Skor
|
Bobot
|
Nilai Total
|
Pembenaran
|
|
Sifat masalah :
Skala : Tidak/ kurang sehat
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera
|
3
2
1
|
1
|
2/3x1=2/3
|
Masalah
akan muncul jika tidak segera ditangani.
|
Kemungkinan masalah dapat diubah :
Skala : Mudah
Sebagian
Tidak dapat
|
2
1
0
|
2
|
1/2x2=
1
|
Keterbatasan
ekonomi dan pengetahuan.
|
|
Potensial masalah untuk dicegah :
Skala : Tinggi
Cukup
Rendah
|
3
2
1
|
1
|
1/3x3=
1
|
Kondisi
ekonomi keluarga yang terbatas dan kurangnya pengetahuan ibu tentang nutrisi
untuk perkembangan janin.
|
|
|
|
|
|
|
|
Menonjolnya masalah :
Skala :
Masalah berat, harus segera ditangani
Ada masalah, tetapi tidak perlu
ditangani
Masalah tidak dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
0/2x1=0
|
Keluarga
belum merasakan bahwa keadaan itu menjadi masalah.
|
|
|
TOTAL SKOR
|
|
|
2
2/3
|
|
PRIORITAS DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
Prioritas
|
Diagnosa Keperawatan
|
Skor
|
1.
|
Anemia
Ny.S pada keluarga Tn.A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah kebutuhan untuk BUMIL
|
4
1/6
|
2.
|
Resiko
gangguan perkembangan janin Ny.S pada Tn.A berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat.
|
2
2/3
|
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.G.1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta: EGC
Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Mochtar, R. 1998 . Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC
Notobroto. 2003. Insiden Anemia. http://adln.lib.unair.ac.id.
diperoleh 24 Februari, 2006.
Saifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP
Winkyosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
Coin Casino - Reviews, Ratings & Games - Casinoworld
BalasHapusHonest Casino Review - Claim 인카지노 your bonus and find the best online casino games 온카지노 you need to play! Play 1xbet Slots, Blackjack & Live Dealer.