Selasa, 23 April 2013

ASKEP BUMIL ANEMIA



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok  rawan kekurangan gizi karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandung. Pola makan yang salah pada ibu hamil membawa dampak terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain anemia, pertambahan berat badan yang kurang pada ibu hamil dan gangguan pertumbuhan janin. Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi  pada ibu hamil adalah anemia gizi, yang merupakan masalah gizi mikro terbesar  dan tersulit diatasi di seluruh dunia. World Health Organization (WHO)(2005) melaporkan bahwa terdapat 52 % ibu hamil mengalami anemia di negara berkembang. Di Indonesia (Susenas dan Survei  Depkes- Unicef )dailaporkan bahwa sekitar 4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya mengalami kekurangan energi kronis (Fatimah,2011). Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda. Dari uraian permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk membahas Asuhan keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan Anemia. 
B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakh konsep Keluarga itu ?
2.      Apakah konsep Ibu Hamil itu ?
3.      Bagaimakah konsep Anemia pada Ibu Hamil
4.      Bagaimanakah contoh Kasus dan Asuhan Keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan anemia
C.  Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep medis Ibu hamil dengan anemia dan asuhan keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan anemia
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui konsep Keluarga
b.      Untuk mengetahui konsep Ibu Hamil
c.       Untuk mengetahui konsep Anemia pada Ibu Hamil
d.      Untuk mengetahui contoh Kasus dan Asuhan Keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan anemia













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Konsep Keluarga
1.      Pengertian Keluarga
Menurut Hariyanto, 2005 keluarga  menunjuk kepada dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga .
2.      Ciri- ciri keluarga
a.       Diikat tali perkawinan
b.      ada hubungan darah
c.       ada ikatan batin
d.      tanggung jawab masing–masing
e.       ada pengambil keputusan
f.       kerjasama diantara anggota keluarga
g.       interaksi, dan tinggal dalam suatu rumah
3.       Tipe/Bentuk Keluarga
Dalam masyarakat ditemukan tipe/bentuk keluarga:
a.    Keluarga Inti (Nuclear Family): keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b.    Keluarga Besar (Extended Family): keluarga inti ditambah sanak saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dsb.
c.    Keluarga Berantai (Serial Family): keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d.   Keluarga Duda/Janda (Single Family): keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e.    Keluarga Berkomposisi (Composite): keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
f.     Keluarga Kabitas (Cahabitation): dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
4.      Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal yang berhubungan dengan posisi dan situasi tertentu.
5.      Fungsi Keluarga
Fungsi dari keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota individu keluarga dan masyarakat yang lebih luas, fungsi keluarga adalah:
a.       Fungsi Afektif
Merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan dan kelangsungan keluarga. Kebahagiaan keluarga diukur dengan kekuatan cinta keluarga. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak kegembiraan dan kebahagiaan seluruh anggota keluarga, tiap anggota keluarga mempertahankan hubungan yang baik.
b.      Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
c.       Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d.      Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal.
e.        Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu mencegah terjadi gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
6.      Tahap Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan dari sistem keluarga yang terjadi dari waktu ke waktu meliputi perubahn interaksi dan hubungan di antara keluarga dari waktu ke waktu. Menurut Duvall (1977) siklus kehidupan keluarga terdiri dari 8 tahapan yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada setiap tahapan perkembangannya. Adapun 8 tahapan perkembangan tersebut adalah:
a.       Tahap 1 keluarga pemula: dimulai saat individu membentuk keluarga melalui perkawinan.
Tugas perkembangan:
1)         Membina hubungan intim yang memuaskan kehidupan baru.
2)         Membina hubungan dengan teman lain, keluarga lain.
3)         Membina keluarga berencana.
Masalah kesehatan: Masalah seksual, peran perkawinan dan kehamilan yang kurang direncanakan.
b.      Tahap 2 keluarga dengan kelahiran anak pertama: dimulai sejak anak pertama lahir sampai berusia 30 bulan.
Tugas perkembangan:
1)         Perubahan peran menjadi orang tua.
2)         Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga.
3)         Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangannya.
Masalah kesehatan: pendidikan meternitas, perawatan bayi yang baik, pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, tumbuh kembang dan lain-lain.
c.       Tahap 3 keluarga dengan anak pra sekolah: dimulai anak pertama berusia 2,5 tahun sampai dengan 5 tahun.
Tugas perkambangan:
1)         Memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
2)         Membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan.
3)        Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang lain juga harus dipenuhi.
4)        Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar keluarga.
5)         Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak-anak.
6)         Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7)         Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
Masalah kesehatan: masalah kesehatan fisik: penyakit menular pada anak., masalah kesehatan psikososial: hubungan perkawinan, perceraian., persaingan antara kakak adik, dan pengasuhan anak.
d.      Tahap 4 keluarga dengan anak usia sekolah: dimulia saat anak pertama berusia 6 tahun samapi 13 tahun.
Tugas perkembangan:
1)      Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
2)      Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia.
3)      Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat.
4)      Meningkatkan komunikasi terbuka.
e.       Tahap 5 keluarga dengan anak remaja: dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun sampai 19-20 tahun.
Tugas perkembangan :
1)      Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, meningkatkan otonominya.
2)      Mempererat hubungan yang intim dalam keluarga.
3)      Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dn orang tua.
4)      Perubahan sistem peran dan peraturan tumbuh kembang keluarga.
Masalah kesehatan: penyalahgunaan obat-obatan dan penyakit jantung.
f.       Tahap 6 keluarga dengan anak dewasa: dimulai saat anak pertama meninggalkan rumah sampai anak terakhir, lamanya tergantung dengan jumlah anak atau banyaknya anak belum menikah dan tinggal dalam rumah.
Tugas perkembangan:
1)      Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2)      Mempertahankan keintiman pasangan.
3)      Membantu orang tua yang sedang sakit dan memasuki masa tua
4)      Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5)      Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
Masalah kesehatan: masa komunikasi dewasa muda dengan orang tua  tidak lancar, transisi peran suami istri,  memberi perawatan pada kondisi kesehatan kronis,  masalah menopause,  efek dari obat-obatan, merokok, diet dan lain-lain.
g.      Tahap 7 keluarga dengan usia pertengahan: dimulai saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiunan atau salah satu pasangan meninggal.
Tugas perkembangan:
1)    Mempertahankan kesehatan.
2)   Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak.
3)    Meningkatkan keakraban pasangan.
Masalah kesehatan: promosi kesehatan, masalah hubungan dengan perkawinan,  komunikasi dan hubungan dengan anak cucu dan lain-lain,  masalah hubungan dengan perawatan.
h. Tahap 8 keluarga dengan usia lanjut: dimulai salah satu meninggal atau pension sampai dengan dua-duanya meninggal.
7. Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah:
a. Pendidik. Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga dapat melakukan program Asuhan Keperawatan Keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan.
b. KoordinatorKoordinasi diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
c. Pelaksana. Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik, maupun di rumah sakit bertanggung jawab memberikan perawatan langsung.
d. Pengawas Kesehatan. Perawat harus melakukan kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi tentang kesehatan keluarga.
e. Konsultan. Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan.
f. Kolaborasi. Perawat harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
g. Fasilitator. Peran disini adalah membantu keluarga di dalm menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
h. Modifikasi Lingkungan. Perawat dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.
B.  Konsep Ibu Hamil
1.    Pengertian
Ibu Hamil adalah suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami kehamilan. Kehamilan adalah: suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa).
Kehamilan terbagi atas : trimister I ( 1- 14 minggu), trimister II ( 14- 28 minggu), trimister III ( 28- 42 minggu) 
2.    Perkembangan / perubahan fisik selama kehamilan
a.    Perubahan pada kulit
Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada wajah, pipi, dan hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng (topeng kehamilan atau kloasma gravidarum). Pada areola mamae dan Puting susu, daerah yang berwarna hitam di sekitar puting susu akan menghitam. Sekitar areola yang biasanya tidak berwarna akan berwarna hitam. Hal ini disebut areola mamae sekunder. Puting susu menghitam dan membesar sehingga lebih menonjol. Pada areola suprapubis, terdapat garis hitam yang memanjang dari atas simfisis sampai pusat. Warnanya lebih hitam dibandingkan sebelumnya, muncul garis baru yang memanjang ditengah atas pusat (linea nigra). Pada perut, selain hiperpigmentasi terjadi stria gravidarum yang merupakan garis pada kulit. Terdapat 2 jenis stria gravidarum yaitu stria livida (garis berwarna biru) dan stria albikan (garis berwarna putih). Hal ini terjadi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
b.    Perubahan Kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher pria. Perubahan    ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil.
c.    Perubahan Payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah sebagai berikut :
1)             Payudara membesar, tegang dan sakit
2)             Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas.
3)             Hiperpigmentasi mamae dan puting susu serta muncul areola mamae
4)             Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar  dan
kelihatan dari luar. Kelenjar Montgomery mengeluarkan lebih banyak cairan agar puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi tempat berkembang biak bakteri
5)             Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai kehamilan 16 minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu, warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang dikeluarkan lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini disebut kolostrum.


d.   Perubahan Perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya hingga kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan 5 bulan, perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea alba serta linea nigra.
e.    Perubahan alat kelamin luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada peredaran darah. Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah yang menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran mukosa vagina yang mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan tersebut disebut tanda Chadwick.
f.     Perubahan pada Tungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.
g.    Perubahan pada sikap tubuh
Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.
h.    Perkembangan / perubahan Psikologis
Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada:
1)      Trimester I meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.
2)      Trimester II meliputi: perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri sendiri.
3)      Trimester III meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert, dan merefleksikan pengalaman masa lalu.  

3.    Masalah yang sering terjadi
a.    Respon terhadap perubahan citra tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang cepat dan nyata. Selama trimester I bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi pada trimester II pembesaran abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan pembesaran payudara memastikan status kehamilan. Wanita merasa seluruh tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini semakin kuat seiring bertambahnya usia kehamilan. Secara bertahap terjadi kehilangan batasan – batasan fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan diri sendiri dari orang lain dan memberi rasa aman.
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai – nilai yang diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini sering berubah seiring kemajuan kehamilan. Sikap positif terhadap tubuh biasanya terlihat selama trimester I. Namun, seiring kemajuan kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih negatif. Pada kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh mereka dalam keadaan hamil bersifat sementara dan tidak menyebabkan perubahan persepsi yang permanen tentang diri mereka.
b.    Ambivalensi selama kehamilan
Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu keadaan. Ambivalensi adalah respon normal yang dialami individu yang mempersiapkan diri untuk suatu peran baru. Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen selama hamil. Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari waktu ke waktu dapat memiliki sikap bermusuhan terhadap kehamilan atau janin. Pernyataan pasangan tentang kecantikan seorang wanita yang tidak hamil atau peristiwa promosi seorang kolega ketika keputusan untuk memiliki seorang anak berarti melepaskan pekerjaan dapat meningkatkan rasa ambivalen. Sensasi tubuh, perasaan bergantung, dan kenyataan tanggung jawab dalam merawat anak dapat memicu perasaan tersebut.
Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III dapat mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum diatasi (Lederman, 1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan akan perasaan ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat, seorang wanita kemungkinan akan mengingat kembali saat – saat ia tidak menginginkan anak tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang memadai, ia dapat menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah menyebabkan anaknya cacat.
c.    Hubungan seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa pasangan menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang lain mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbeda – beda ini dipengaruhi oleh faktor – faktor fisik, emosi, dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks selama masa hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada wanita. Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra tubuh, dan rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk menyatakan seksualitas mereka. Selama trimester I seringkali keinginan seksual wanita menurun, terutama jika ia merasa mual, letih, dan mengantuk. Saat memasuki trimester II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan kongesti pelvis yang meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya untuk melampiaskan seksualitasnya. Pada trimester III peningkatan keluhan somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun (Rynerson, Lowdermilk, 1993).
Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan seksual mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap yang lain dan keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan seksual mereka. Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting. Pasangan yang tidak memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan cepat selama masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku pasangannya. Dengan membicarakan perubahan – perubahan yang mereka alami, pasangan dapat mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan dukungan yang diperlukan. Perawat dapat memperlancar komunikasi antar pasangan dengan berbicara kepada pasangan tentang perubahan perasaan dan perilaku yang mungkin dialami wanita selama masa hamil (Rynerson, Lowdermilk, 1993).
d.   Kekhawatiran tentang janin
Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda – beda selama masa hamil (Gaffney, 1988). Kekhawatiran pertama timbul pada trimester I dan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya keguguran. Banyak wanita yang sengaja tidak mau memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai periode ini berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan adanya gerakan dan denyut jantung, Kecemasan orang tua yang terutama ialah kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusaha untuk memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna. Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa anaknya dapat meninggal semakin melemah.
4.      Tugas Perkembangan
a.       Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita tersebut (Lederman, 1984). Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapan wanita dan respons emosionalnya dalam menerima kehamilan.
b.      Kesiapan menyambuut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama pasangan. Namun, merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti menerima kehamilan (Entwistle, Doering, 1981).Wanita lain memandang kehamilan sebagai suatu hasil alami hubungan perkawinan, baik diinginkan maupun tidak diinginkan, bergantung pada keadaan.
Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala - gejala awal untuk mencari validasi medis tentang kehamilannya. Beberapa wanita yang memiliki perasaan kuat, seperti “tidak sekarang,” bukan saya,” dan “ tidak yakin,” mungkin menunda mencari pengawasan dan perawatan (Rubin, 1970). Namun , beberapa wanita menunda validasi medis karena akses keperawatan terbatas, merasa malu, atau alasan budaya. Untuk orang lain, kehamilan dipandang sebagai suatu peristiwa alami, sehingga tidak perlu mencari validasi medis dini.
Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat bervariasi, dari perasaan sangat gembira sampai syok, tidak yakin, dan putus asa. Reaksi yang diperlihatkan banyak wanita ialah respon” suatu hari nanti, tetapi tidak sekarang.” Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai kehendak alam. Banyak wanita mula- mula terkejut ketika mendapatkan diri mereka hamil. Namun, seiring meningkatnya penerimaan terhadap kehadiran seorang anak, akhirnya mereka menerima kehamilan. Tidak menerima kehamilan tidak dapat disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita mungkin tidak menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak itu dilahirkan.


c.       Respon Emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan bagian dari rencana hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan cenderung percaya diri akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk bayinya, dan untuk anggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum keadaan mereka baik, namun kelabilan emosional yang terlihat pada perubahan mood yang cepat untuk dijumpai pada wanita hamil.
Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas terhadap orang lain ini membingungkan calon ibu dan orang- orang di sekelilingnya. Peningkatan iritabilitas, uraian air mata dan kemarahan serta perasaan suka cita, serta kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya karena suatu provokasi kecil atau tanpa provokasi sama sekali.
Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap kehamilan, dapat menjadi penyebab perubahan mood, hampir sama seperti saat akan menstruasi atau selama menopause. Alasan lain, seperti masalah seksual atau rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan, juga dijadikan penjelasan timbulnya perilaku yang tidak menentu ini. Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka tentang terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia bersedia membicarakan hal- hal yang tidak pernah dibahas atau yang dibahas hanya dalam keluarga dan tampak yakin bahwa pikiran- pikirannya dan gejala - gejala yang dialaminya akan menarik untuk si pendengar yang dianggapnya protektif. Keterbukaan ini, disertai kesiapan untuk belajar, meningkatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan wanita hamil dan meningkatkan kemungkinan diselenggarakannya perawatan yang efektif dan terapeutik untuk mendukung kehamilan.  
Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman yang timbul akibat kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu iritasi dan upaya dilakukan untuk meredakan rasa nyaman tersebut biasanya membawa keberhasilan. Rasa senang yang timbul karena memikirkan anak yang akan lahir dan perasaan dekat dengan anak membantu menyesuaikan diri terhadap rasa tidak nyaman ini. Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan ketidak nyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih lanjut tentang toleransi dan kemampuan koping perlu dilakukan (Lederman, 1984).
d.      Mengenal peran ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan seorang wanita, yakni melalui memori - memori ketika ia, sebagai seorang anak, diasuh oleh ibunya. Persepsi kelompok sosialnya mengenai peran feminim juga membuatnya condong memilih peran sebagai ibu atau wanita karir, menikah atau tidak menikah, dan mandiri dari pada interdependen. Peran - peran batu loncatan, seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi, dan merawat adik - adik, dapat meningkatkan pemahaman tentang arti menjadi seorang ibu.
Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai anak - anak, dan menanti untuk menjadi seorang ibu. Mereka sangat dimotivasi untuk menjadi orang tua. Hal ini mempengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua (Grossman, Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman, 1984). Wanita yang lain tidak mempertimbangkan dengan terinci arti menjadi seorang ibu bagi diri mereka sendiri. Konflik selama masa hamil, seperti tidak menginginkan kehamilan dan keputusan - keputusan yang berkaitan denga karir dan anak harus diselesaikan.
e.       Hubungan Ibu dan Anak
Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni ketika wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi ibu (Rubin, 1975; Gaffney, 1988a). Mereka mulai berpikir seakan - akan dirinya adalah seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka miliki. Orang tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi orang tua yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan anaknya. Mereka mencoba untuk mengantisipasi perubahan - perubahan yang mungkin terjadi pada kehidupannya akibat kehadiran sang anak dan membayangkan apakah mereka bisa tahan terhadap kebisingan, kekacauan, kurangnya kebebasan, dan bentuk perawatan yang harus mereka berikan. Mereka mempertanyakan kemampuan mereka untuk membagi kasih mereka kepada anak yang belum dilahirkan ini. Rubin (1967) menemukan bahwa wanita “ menerapkan “dan menguji perannya sebagai ibu dengan mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita lain pengganti ibu yang memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai sumber informasi dan pengalaman.
Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu proses perkembangan(Rubin, 1975).
Persiapan melahirkan, banyak wanita khususnya nulipara, secara aktif mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas untuk orang tua, dan berkomunikasi dengan wanita lain (ibu, saudara perempuan, teman, orang yang tidak dikenal).Mereka akan mencari orang terbaik untuk memberi nasihat, arahan, dan perawatan (Patterson, Freese, Goldenberg, 1990). Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan anaknya (Rubin, 1975).
f.       Hubungan dengan pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah dari sang anak (Richardson,1983), karena semakin banyak bukti menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas (Grossman,Eichler,Winckoff,1980; May,1982). Ada 2 kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama ia hamil (Richardson,1983).
 Kebutuhan pertama ialah menerima tanda – tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam kelurga. Rubin (1975) menyatakan bahwa wanita hamil harus “memastikan tersedianya akomodasi sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga untuk anggota baru tersebut.Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke waktu. Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk selama – lamanya. Lederman (1984) melaporkan bahwa hubungan istri dan suami bertambah dekat selama masa hamil. Dalam studinya, ia mengatakan bahwa kehamilan berdampak mematangkan hubungan suami – istri akibat peran dan aspek – aspek baru yang ditemukan dalam diri masing – masing pasangan.
g.      Kesiapan melahirkan
Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan napas dan gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga mengganggu tidur ibu.
 Nyeri pinggang, sering berkemih, keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan timbulnya varies dapat sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung mengganggu kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga rutin, dan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istirahat.
Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani persalinan, apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campuran keduanya. Keinginan yang kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan untuk segera menyelesaikannya membuat wanita siap masuk ke tahap persalinan.
C.  Konsep Anemia
1.    Pengertian
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).
2.    Klasifikasi
a.    Anemia Defisiensi Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
b.    Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.
c.     Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
d.   Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
3.    Etiologi
Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002).
Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia karena kurang zar besi dalam tubuh disebabkan karena:
a.       Kurangnya konsumsi makanan yang kaya akan besi, terutama yang berasal dari sumber hewani.
b.      Kebutuhan yang meningkat karena kehamilan.
c.       Kehilangan besi yang berlebihan karena perdarahan.
d.      Ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh akan besi dibandingkan dengan penyerapan dari makanan
4.      Manifestasi klinis
a.       Mata berkunang-kunang.
b.      Lemah.
c.       Badan lesu.
d.      Cepat lelah.
e.       Wajah / muka pucat.
f.       Lidah, bibir, kuku pucat sekali.
g.       Gampang mengantuk.
5.      Patofisiologi
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.

6.      Pemeriksaan
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
a.       Hb 11gr%              : Tidak anemia
b.      Hb 9-10 gr%         : Anemia Ringan
c.       Hb 7-8 gr%           : Anemia sedang
d.      Hb < 7%                : Anemia berat
7.      Komplikasi
a.       Keguguran.
b.      Lahir sebelum waktunya.
c.       Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
d.      Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan.
e.       Dapat menimbulkan kematian.
8.      Penatalaksanaan
a.       Pencegahan dan penanggulangan anemia antara lain :
1)      Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung zat hewani seperti hati, ikan, daging, dan sumber nabati seperti: sayuran hijau, tempe, tahu dan buah-buahan yang berwarna.
2)      Hindarkan pantangan terhadap makanan yang keliru yang dapat merugikan kesehatan ibu seperti ikan, telur, buah-buahan tertentu.
3)      Bila nafsu makan ibu berkurang, makanlah makanan yang segar seperti buah, sayur bening, sayur segar lainnya.
4)      Selama hamil makanlah beraneka ragam setiap hari dalam jumlah cukup dan makanan yang aman bagi kesehatan.
5)      Ibu hamil harus makan dan minum lebih banyak daripada saat tidak hamil.
6)      Selama hamil sebaiknya tidak melakukan pekerjaan yang berat.
b.      Pemberian tablet Fe.
1)      Ketentuan pemberian tablet Fe untuk ibu hamil yaitu:
                                                          i.           Sehari 1 tablet selama minimal 90 tablet.
                                                        ii.           Dimulai pada waktu pertama kali pemeriksaan hamil.
                                                      iii.           Diberikan tanpa pemeriksaan Hb.
                                                      iv.           Bila bumil telah melahirkan tapi Fe yang dimakan belum mencukupi 90 tablet, maka harus diteruskan sampai selesai.
2)      Efek samping:
Menimbulkan gejala antara lain: mual – muntah, kadang diare / sulit BAB.
Tinja akan berwarna kehitaman (tapi tidak berbahaya).
3)      Cara makan obat:
Minum tablet tambah darah setelah makan malam / menghindari gejala efek samping.
Dianjurkan untuk tidak minum bersama dengan susu, teh, kopi dan tablet kalk.
c.       Memodifikasi lingkungan untuk perbaikan gizi.
d.      Mendapat perhatian dari keluarga.
D.    Contoh Kasus dan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ibu Hamil dengan Anemia
1.    Kasus
Tn.A menikah dengan Ny.S pada tahun 2010 lalu dan saat ini Ny.S sedang mengandung anak pertama. Kehamilan Ny. S sekarang mulai masuk trimester II. Ny.S mengatakan selama kehamilan sering merasakan pusing dan  memang Ny.S tampak kelihatan pucat. Menurut pengakuan Ny.S baru 1x memeriksakan kehamilannya di puskesmas, dan menurut hasil pemeriksaan Ny.S menderita anemia. Ny.S Mengatakan  jarang makan makanan yang bergizi yang berguna untuk perkembangan janinnya.Ny S juga mengeluhkan perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya, seperti berat badannya yang mulai meningkat dan sering merasa lelah.
Ny.S mengatakan susah tidur karena kondisi kamar yang sempit dan pengap, di tambah lagi kebisingan di sekitar lingkungan rumah.
Hasil Pemeriksaan :
TTV:           TD = 100/80 mmHg
                    Nadi    = 70 x/menit
                    R         = 24 x/menit
                    S          = 36, 5 ºC








Analisis Data
NO
DATA
PROBLEM
ETIOLOGI
1.




















2.
















DS :
•    Ny.S mengatakan sering pusing
•    Ny.S mengatakan jarang mengkonsumsi makanan bergizi seperti sayur-sayuran.
•    Ny.S mengatakan pernah di beri obat penambah darah oleh bidan saat kunjungannya di puskesmas namun sekarang obat tersebut telah habis
DO :
•    Konjungtiva anemis
•    TTV :
TD  : 100/ 80
N    :  70x/ menit
R    : 24x/ menit
S    : 36,5 ° C.  




DS:
•    Ny.S mengatakan jarang mengkonsumsi makanan yang bergizi  dan sudah tidak minum vitamin yang berguna untuk perkembangan janinnya.
•    Ny.S mengatakan harusnya dia sudah memeriksakan kembali kandungannya namun sampai saat ini dia belum juga ke puskesmas setelah kunjungan pertamanya.
Do :
•    Hasil pemeriksaan Lab menunjukan HB turun
 






Anemia













Resiko  gangguan perkembangan janin  
  

 Kehamilan
 

Perubahan hematologi
 

Sirkulasi meningkat

Volume plasma meningkat

Peeningkatan sekresi aldosteron
 

Kebutuhan zat besi  meningkat

 Suplay zat besi berkurang
 

          Anemia

Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kebutuhan  untuk BUMIL


Kehamilan
 

Perubahan hematologi
 

Sirkulasi meningkat

Volume plasma meningkat

Peeningkatan sekresi aldosteron
 

Kebutuhan zat besi  meningkat

 Suplay zat besi berkurang
 

          Anemia

Pasokan oksigen ke janin rendah
Resiko ganggguan perkembangan janin
ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat.

PERUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Anemia Ny.S pada keluarga Tn.A  berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kebutuhan  untuk BUMIL

2.
Resiko gangguan perkembangan janin Ny.S pada Tn.A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat.


PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No Dx kep
Kriteria
Skor
Bobot
Nilai Total
Pembenaran

Sifat masalah :
Skala : Tidak/ kurang sehat
            Ancaman kesehatan
            Keadaan sejahtera

3
2
1

1
3/3x1=1
Terlihat Ny.S dalam kondisi lemas dan tampak pucat.
Kemungkinan masalah dapat diubah :
Skala : Mudah
            Sebagian
            Tidak dapat

2
1
0

2
2/2x2=2
Untuk pemenuhan nutrisi BUMIL tidak selalu membutuhkan biaya mahal.
Potensial masalah untuk dicegah :
Skala : Tinggi
             Cukup
             Rendah

3
2
1

1
2/3x1=2/3

BUMIL bisa mendapatkan makanan yang mengandung zat besi dengan mengkonsumsi sayur – sayuran hijau.
Menonjolnya masalah :
Skala :
Masalah berat, harus segera       ditangani
Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan


2
1
0


1
1/2x1=1/2
Keluarga merasakan ada masalah tetapi tidak membutuhkan penanganan segera

TOTAL SKOR


4 1/6


PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No Dx.
kep
Kriteria
Skor
Bobot
Nilai Total
Pembenaran

Sifat masalah :
Skala : Tidak/ kurang sehat
            Ancaman kesehatan
            Keadaan sejahtera

3
2
1

1
2/3x1=2/3
Masalah akan muncul jika tidak segera ditangani.
Kemungkinan masalah dapat diubah :
Skala : Mudah
            Sebagian
            Tidak dapat

2
1
0

2
1/2x2= 1
Keterbatasan ekonomi dan pengetahuan.
Potensial masalah untuk dicegah :
Skala : Tinggi
             Cukup
             Rendah

3
2
1

1
1/3x3= 1
Kondisi ekonomi keluarga yang terbatas dan kurangnya pengetahuan ibu tentang nutrisi untuk perkembangan janin.





Menonjolnya masalah :
Skala :
Masalah berat, harus segera       ditangani
Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan


2
1
0


1
0/2x1=0
Keluarga belum merasakan bahwa keadaan itu menjadi masalah.

TOTAL SKOR


2 2/3


PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Prioritas
Diagnosa Keperawatan
Skor
1.        
Anemia Ny.S pada keluarga Tn.A  berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kebutuhan  untuk BUMIL
4 1/6
2.        
Resiko gangguan perkembangan janin Ny.S pada Tn.A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat.
2 2/3





DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.G.1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Mochtar, R. 1998 . Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC
Notobroto. 2003. Insiden Anemia. http://adln.lib.unair.ac.id. diperoleh 24 Februari, 2006.
Saifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP
Winkyosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

1 komentar:

  1. Coin Casino - Reviews, Ratings & Games - Casinoworld
    Honest Casino Review - Claim 인카지노 your bonus and find the best online casino games 온카지노 you need to play! Play 1xbet Slots, Blackjack & Live Dealer.

    BalasHapus